GERBONG MAUT BONDOWOSO |
Pada tahun 1947, tentara Belanda mendarat di Pasir Putih, Situbondo.
Perlawanan frontal pun dilakukan para pejuang dan rakyat Bondowoso. Namun
kekuatan pasukan Belanda yang begitu besar didukung oleh persenjataan yang
lengkap berhasil memukul mundur para pejuang Bondowoso.
Tidak ingin dijajah kembali, siasat perang gerilya diterapkan pada
pejuang. Tatkala kemenangan sudah didepan mata, tiba tiba mereka dikejutkan
dengan perjanjian Renvile, sehingga sebagai konsekuensinya, Batalyon IX
terpaksa hijrah dari Bondowoso ke Blitar dan Kediri.
Sepeninggal Batalyon IX inilah tentara Belanda dengan dalih gerakan
pembersihan pengacau, menangkapi sisa sisa pejuang di Bondowoso dan orang orang
yang dicurigai sebagai pejuang.
Belanda melakukan penangkapan besar-besaran terhadap Tentara Rakyat
Indonesia, Laskar, Gerakan Bawah Tanah dan orang orang tanpa menghiraukan
apakah yang bersangkutan berperan atau tidak dalam kegiatan perjuangan.
Sehingga dalam waktu singkat, penjara Bondowoso tak lagi mampu menampung
tahanan yang pada waktu itu mencapai 637 orang.
Belanda pun bermaksud memindahkan tahanan yang termasuk “pelanggaran
berat” dari penjara Bondowoso ke penjara Surabaya. Untuk mnengangkut para
tahanan tersebut digunakan sarana Kereta Api.
Setelah mendapat perintah langsung dari Komandan J Van den Dorpe,
Kepala Penjara mengumpulkan semua tahanan yang telah tercatat namanya.
Pemindahan tahap I dan II berjalan baik,karena gerbong diberi ventilasi sebesar
10-15 cm dan disetiap stasiun pemberhentian, pada tahanan mendapat makanan yang
diberikan oleh rakyat. Pada sabtu, 23 November 1947, pukul 04.00 WIB,
pemindahan tahap III berlangsung, tahanan yang tercatat sebanyak 100 orang,
dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan penjara. Tahanan tersebut
adalah :
1. Mohammad Alwi (21 Th, Polisi)
2. Soewandono ( 21Th, Polisi)
3. Soeparto (37Th, Jawatan Penerangan)
4. Rasmin (26Th, Pedagang)
5. Rasimin (42Th, Polisi Negara)
6. Sidik (25Th, BPRI)
7. Ismail (48Th, Guru)
8. Satamin (20Th)
9. Sami (28Th, Petani)
10. Abdul Rachman (47Th, Pegawai BAPRA)
11. Soewardi (24Th, ALRI)
12. Singgeh (53Th, Tani)
13. Pasik (24Th, Tani)
14. Tima (30Th, Tani)
15. Sedang Radikin (25Th, Tani)
16. Hasan Aseghaf (32Th)
17. Sahar (25Th, Pegawai Tenun)
18. Endin (29Th, Tani)
19. Astrodrejo (47Th, Pemilik Sekolah)
20. Ardjomo (38Th, Polisi)
21. Misradin (20Th, TNI)
22. Abdul Maksar (19Th, TNI)
23. Armino (20Th, TRI)
24. Niman (27Th, Tani)
25. R. Koesmar (44Th, Mantri Irigasi)
26. Soekawi (30Th, TRI)
27. Jahya (55Th, TRI)
28. Tallip (35Th, Pedagang)
29. Sihab (40Th, Tani)
30. Asmono (40Th, Tani)
31. Soenoto (30Th, Tani)
32. Mastini (30Th, Tani)
33. Soerakmo (30Th, Tani)
34. Soewati (33Th, Tani)
35. Koeis (47Th, Tani)
36. P.Mina (45Th, Tani)
37. Soedari (36Th, Tani)
38. Satomo (46Th, Tani)
39. Reksuwono (50Th)
40. Da’i (37Th, Tani)
41. Jahya (55Th, TRI)
42. Tallip (35Th, Pedagang)
43. Mochdar (33Th, Tani)
44. Koestidjo (29Th, Opas PG Prajekan)
45. Oewi (28Th, TRI)
46. Asmawi (32Th, TRI)
47. Pengemanan (32Th, ALRI)
48. Soeharto (35Th, TRI)
49. Kamir (35Th)
50. Arijadi (26Th, TRI)
51. Wiroto (33Th, TRI)
52. Moegiman (33Th, Ajudan Inspektur Polisi)
53. Sajiman (28Th, Juru tulis AW Curahdami)
54. Sali (52Th, Guru Sekolah Pertanian)
55. Wirdjo Pranoto (50Th, Guru SR)
56. Sahawi (24Th, Pedagang)
57. Awi (22Th, Pedagang)
58. Roes (20Th, Pedagang)
59. Soeirpardjomo (49Th, Kepala Sekolah)
60. Asboen (45Th, Kusir)
61. Sidin (20Th, Pedagang)
62. Roemin (25Th, Pedagang)
63. Akmi (25Th, Tani)
64. Aris (28Th, Tani)
65. Hun (25Th, Tani)
66. Soesman (35Th, Tani)
67. Beng (30Th, Tani)
68. Hari (27Th, Tani)
69. Marjani (42Th, Tani)
70. Rais (38Th, Tani)
71. Soewardi (32Th, Asisten Wedono)
72. Said (32Th, Tani)
73. Mistam (40Th, Tani)
74. Achmad (40Th, Bakul Soto)
75. Ti (40Th,Tani)
76. Anwani (30Th, Tani)
77. Salim (27Th, Tani)
78. Gadang Tawar (25Th, Tani)
79. Soenadjar (25Th, Tani)
80. Samsoeri (50Th, Tani)
81. Soewardi (32Th, Asisten Wedono)
82. Said (32Th, Tani)
83. Moesappa (25Th, Pedagang)
84. Moestapa (17Th, Tani)
85. Basir (25Th, Tani)
86. Slamet Karsono
87. P. Mina (45Th, Tani)
88. Soedari (36Th, Tani)
89. Satomo (46Th, Tani)
90. H Anwar (45Th, Tani)
91. Moertami (50Th)
92. Samsoeri (50Th, Tani)
93. Soedajo (32Th, PPBM)
94. Koeswari (40Th, Polisi Negara)
95. Dullah (Kepala Penerangan)
96. Abdul Jaman (31Th)
97. Tajib (33Th, TRI)
98. Masdar (20Th, TRI)
99. Soewari (21Th, Tani)
100. ....................
Pada pukul 05.30 WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. 100
orang tahanan tersebut dimasukkan ke dalam 3 gerbong kereta barang tanpa
ventilasi. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama GR 5769 DAN 30 orang lagi ke
gerbong kedua GR 4416, sisanya sebanyak 38 orang berebutan masuk ke gerbong
yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru.
Pada pukul 07.00 WIB, kereta api dari Situbondo datang. Saat itu juga
gerbong digandeng. Pukul 07.30 WIB gerbong bertolak ke Surabaya, saat itu
beberapa tahanan sudah ada yang pingsan. Mendekati Stasiun Kalisat, ada insiden
ledakan Granat di rel kereta api, hal ini dilakukan oleh para rakyat sebagai
upaya untuk membebaskan para pejuang. Di stasiun Kalisat, gerbong tawanan harus
menunggu kereta api dari Banyuwangi. Selama 2 jam mereka terpanggang dalam
gerbong di bawah terik matahari. Kemudian Kereta Api beranjak menuju Stasiun
Jember.
Pukul 10.30 WIB, kereta api berangkat dari stasiun Jember melanjutkan
perjalanan ke Probolinggo para tawanan benar benar terpanggang, sampai di
Jatiroto turun hujan kemudian dimanfaatkan oleh para tahanan untuk menjilati
tetesan air hujan dari lubang kecil,bahkan ada yang minum (maaf) air seni
tahanan lainnya. Sepanjang perjalanan selama kurang lebih 20 jam terjadi hal
hal yang memilukan. Sebanyak 46 orang meninggal, 11 sakit parah, 31 sakit dan
12 masih sehat. Pada gerbong pertama GR 5769 sebanyak 32 orang selamat, pada
gerbong kedua GR 4416 sebanyak 8 orang meninggal, dan pada gerbong ketiga GR
10152 seluruh tahanan berjumlah 38 orang meninggal.
Untuk mengenang tragedi ini, Pemerintah Kabupaten Bondowoso membangun
Monumen Gerbong Maut yang tepat diletakkan di depan alun-alun Kabupaten
Bondowoso. Monumen yang dipajang adalah replika gerbong GR 10152, merupakan
gambaran dari perjuangan tawanan pada kala itu untuk berjuang dalam melawan
Agresi Militer Belanda. Namun Gerbong GR 10152 yang asli masih tersimpan di
Museum Brawijaya di Malang. Hal ini sebagai bukti bahwa perjuangan masyarakat
Bondowoso dalam melawan penjajah sangat begitu mengharukan.