Komunitas Penggiat Sejarah Perjuangan Bangsa dan Sahabat Para pejuang Indonesia (Community of National Struggle History Activists and Friends of Indonesian Warriors)

" Selamat Datang di Website Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI)"

Tampilkan postingan dengan label KISAH PERJUANGAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KISAH PERJUANGAN. Tampilkan semua postingan

DETIK-DETIK KEMATIAN SOEKARNO


Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.

Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.

Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu

Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.

“Pak, Pak, ini Ega…”
(Senyap)

Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.

Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.

Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.

Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia koma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.

Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.

“Hatta.., kau di sini..?”

Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.

“Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”

Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.

Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?

Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.

Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.

“No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.

Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.

Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka.
Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.

Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.

Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.

Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka.

Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.

Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.

Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.

Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Kini telah tiada lagi manusia yang bisa membuat dunia terdiam dengan perkataannya, tidak ada lagi singa yang sangat ganas. Betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami Soekarno. Terima kasih wahai Bung Karno karena telah membuat rakyat indonesia dapat terbebas dari penjajahan yang amat pedih. Jasamu tak akan pernah dilupakan. Dan terima kasih Allah karena engkau telah menciptakan manusia terhebat di negara kami. Selamat jalan wahai Singa Mimbar.
Share:

Kisah Begundal Karawang di Rawagede

Tragedi pembantaian di Kampung Rawagede, Rawamerta, Kabupaten Karawang, oleh tentara Belanda pada 9 Desember 1947 tak terlepas dari pergerakan kaum muda di wilayah itu. Rawagede diincar Belanda karena menjadi markas para laskar.

Ketua Yayasan Rawagede Sukarman (60) telah mendokumentasikan dalam bentuk tulisan ihwal tragedi pembantaian itu. Tulisan terebut diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Riwayat Singkat Taman Pahlawan Rawagede.

Buku setebal 40 halaman itu sudah tiga kali naik cetak. Total lebih dari 5.000 eksemplar yang tersebar di masyarakat.
Saat Warta Kota berkunjung ke kediamannya di Dusun Rawagede 2, Desa Balongsari, Rawamerta, Kamis (15/9/2011), Sukarman mengatakan bahwa sejak sebelum perang kemerdekaan, Rawagede sudah menjadi daerah markas para laskar pejuang. Rawagede dipilih karena saat itu dilintasi jalur kereta api Karawang-Rengasdengklok dan salah satu stasiun itu ada di sana.
Laskar pejuang yang dikenal di Rawagede sebelum kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, antara lain Laskar Macan Citarum, Barisan Banteng, MPHS, SP88, dan Laskar Hizbulloh. “Mulai 19 Agustus 1945, seluruh laskar itu bergabung menjadi BKR (Badan Keamanan Rakyat), markasnya ada di rumah-rumah warga. Ini jadi sorotan pemerintah Hindia Belanda,” kata Sukarman.

Pada 1946, kata Sukarman, Letkol Suroto Kunto yang masih berusia 24 tahun ditunjuk sebagai Komandan Resimen Jakarta di Cikampek. Salah satu komandan kompinya adalah Lukas Kustaryo yang membawahi Karawang-Bekasi. Kharis Suhud, yang sebelumnya seorang petugas Perusahaan Jawatan Kereta Api, juga bergabung dengan BKR dan diangkat menjadi Komandan Kompi Purwakarta.

Pada 25 November 1946, Letkol Suroto Kuto yang sedang dalam perjalanan dinas menggunakan kendaraan diculik laskar rakyat yang pro-Hindia Belanda di daerah Rawa Gabus, Kabupaten Karawang. Mobil yang ditumpanginya ditemukan penuh bercak darah oleh salah satu ajudannya, Kapten Mursyid, pada 26 November 1946 sekitar pukul 01.00 dini hari. “Tapi jasadnya tak ditemukan sampai saat ini, juga jasad para pengawalnya,” kata Sukarman.

Bertingkah unik

Sejak kejadian itu, Kapten Lukas Sutaryo yang menjadi Komandan Kompi Karawang-Bekasi menghimpun kekuatan para laskar pejuang. Pada awal 1947, Lukas Sutaryo mengendarai sendiri lokomotif kereta api dari arah Cipinang di Jembatan Bojong, perbatasan Karawang-Bekasi. Lokomotif itu ditabrakkannya dengan kereta api penuh senjata dan amunisi milik Belanda yang datang dari arah berlawanan. “Dari situlah awalnya BKR mendapatkan pasokan senjata dan amunisi,” ujar Sutarman.

Menurut Sutarman, Kapten Lukas Sutaryo juga kerap mengenakan baju seragam tentara Belanda yang baru saja dibunuhnya. Dengan mengenakan seragam itu, dia menembaki tentara Belanda yang lain. Karena kegigihannya itu, tentara Belanda menjulukinya “Begundal Karawang”.

Karena ulahnya itu, Kapten Lukas juga sempat ditembak dari jarak kira-kira 25 meter oleh Letnan Sarif, anak buahnya. Sarif awalnya tidak menyadari bahwa sosok yang ditembaknya itu komandannya sendiri. Untunglah tembakan itu tak mengenai sasaran.
Suatu saat seusai melawan tentara Belanda di wilayah Pabuaran, Pamanukan, Subang, hingga ke Cikampek, Kapten Lukas meloloskan diri dengan jalan kaki menuju Rawagede. “Dia masuk Rawagede hari Senin, jam 07.00 pagi, tanggal 8 Desember 1947,” tutur Sutarman.

Keberadaan Kapten Lukas di Rawagede akhirnya tercium oleh tentara Belanda. Dia kemudian menghimpun tentara BKR di Rawagede. Dia berembuk dengan para laskar hingga siang untuk merencanakan penyerangan ke wilayah Cililitan, Jakarta.


Sekitar pukul 15.00, Kapten Lukas beserta pasukannya sudah keluar dari Rawagede dan berangkat dengan berjalan kaki. Sekitar pukul 16.00, turun perintah pimpinan pasukan Belanda bahwa Rawagede harus dibumihanguskan. Kira-kira tengah malam, tentara Belanda sudah tiba di Stasiun Pataruman, Desa Kalangsari, yang bersebelahan dengan Kampung Rawagede. Selang sekitar setengah jam, sebanyak 300 tentara Belanda yang dipimpin Mayor Alphons Wijnen mulai memasuki Kampung Rawagede.

“Mereka datang ke sini untuk mencari Kapten Lukas Sutaryo. Meskipun tahu Kapten Lukas sudah meninggalkan Rawagede sejak sore, warga tetap memilih bungkam. Inilah yang menjadi salah satu penyebab pembantaian,” tutur Sukarman.
Menurut Sukarman, semua laki-laki di atas usia 14 tahun dikumpulkan. Tanpa ampun, tentara Belanda menembakinya. Hari itu, Selasa, 9 Desember 1947, sebanyak 431 pria Kampung Rawagede tewas di ujung peluru. Penembakan oleh tentara Belanda berlangsung sejak pukul 04.00 hingga pukul 16.00.

Kapten Lukas sendiri tidak mengetahui terjadi pembantaian di Rawagede. Kapten Lukas, kata Sukarman, berkali-kali memohon maaf kepada warga karena kedatangannya di Rawagede telah memicu terjadinya pembantaian itu. “Tapi warga tidak menaruh dendam. Beliau datang saat monumen pembantaian Rawagede diresmikan tahun 1995 dan meninggal 8 Januari 1997 dengan pangkat Mayor Jenderal,” ujar Sukarman.
Share:

Tangisan Berdarah dari Seorang Pejuang

Awan mendung menyelimuti pagi itu, udara berasa menusuk ketika kegelapan awansemakin menyelimuti. Setetes demi setetes air hujan pun turun membasahi tanah. Melewati pucuk daun yang dibasahi oleh embun. Ku lihat sebuah senyuman dari seseorang sahabat, bagai cahaya matahari yang menghapus gelapnya awan mendung. Seperti biasanya, aku selalu ada dimana pun dia berada. Tiada jarak dan waktuyang memisahkan kami, hari yang kami lewati pun sangat berarti. Dia selalu merangkai sebuah kata indah penuh makna dan menceritakan semua hal yang iaalami, agar aku mengetahui isi dunia .

Panggilsaja sahabat ku rifky, dia adalah seorang pensiunan veteran. sosok yang pendiamdan tertutup pada siapa pun, terkecuali padaku. Bisa dibilang rifky adalahseorang perjaka tua. Dia tinggal sebatang kara disebuah rumah sederhana 4×6,tepatnya rumah dinas yang ia peroleh atas jasa jasanya sewaktu muda.

Yangku ketahui rifky merupakan sosok yang kuat untuk menerima kenyataan yang iaalami. Waktu, detik, menit bahkan hari bukan menjadi sebuah penyesalan hidupbaginya.

Saatitu  pukul 5 sore ,aku dan rifky beradadi halaman belakang rumah,sambil menikmati pemandangan disore itu.Rifky dudukmenyandar disebuah kursi goyang yang dimana aku berada tepat dipangkuannya.

Tidakperlu menunggu waktu yang lama,ia kembali merangkai sebuah huruf menjadi sebuahkata,sebuah kata menjadi sebuah kalimat dan akhirnya menjadi sebuah cerita yangmenggugahkan hati dari guratan pena yang ia pegang. Dimana ia menceritakanbagaimana kacaunya keadaan dimedan perangan dan kematian orang orang yang iacintai secara perlahan.

Ceritanyapun dimulai, saat itu senja mulai datang diiringi hujan yang menghentam bumidengan sangat keras. Tidak ada yang dapat menententukan, apakah masih siangatau sudah malam.Waktu terasa bergulir begitu cepat,bagaikan manusia danbinatang diterkam oleh kebutaan. Tidak ada yang dapat didengar kecuali suaradesiran air hujan yang jatuh menuju ke permukaan bumi,disela jerit tangis parakaum pribumi. Tembakan yang menggelegar bagaikan halilintar, memecahkankeheningan secara berkeping-keping dibawah dahsyat hujan.

Dituliskantentang para sahabat yang satu persatu diantaranya ku temukan jiwa nasionalismeku.Tragedi yang mereka alami merupakan peristiwa yang dahsyat bagi ku.Dimanatertuliskan tentang penjara yang menghisap umur narapidana,tentang zaman yangdilipat dalam kertas dan pena,tentang keinginan yang terpasung untuk merdeka, tentangribuan orang mati syahid terkubur tanpa nama.

Diceritakanseorang wanita paru baya,darahnya terbungkus dalam bingkisan berlapis emas. Yangdimana darahnya menetes membasahi tanah dari langkah kaki jelitanya. Kegelisaandan ketakutan yang penuh rintihan selalu datang menghantuinya.

Saatitu rifky berusia 18 tahun, usia yang cukup belia untuk menanggung beban hidupyang begitu berat. Ayah rifky telah meninggal dunia saat rifky masih berusia4tahun, ayahnya merupakan salah satu pejuang dimasa penjajahan belanda.Kemudianrifky dibesarkan oleh ibunya seorang diri, ibu rifky adalah satu diantarabanyak wanita Indonesia yang mengalami perbudakan seks oleh kaum kerdil, bermatasipit dan berhati iblis.

            Suatu ketika rifky ditawarkan untukmasuk kesebuah organisasi pemuda Indonesia oleh salah satu temannya, panggilsaja ia umar. Namun rifky menolak ajakan umar, bukan karna dia takut matimelainkan karna ia takut tak direstui oleh ibunya.

Senjamulai datang, warna awan pun mulai berubah. Rifky kembali kerumah, denganmengucapkan salam dan memanggil ibunya

“Assalamualaikum..bukk.. bukk.. Assalamualaikumm bukk..? “ namun rifky tak mendapatkan jawaban.

“Tidak biasanya ibu tak menjawab salam ku, ada apa ya dengan ibu?? “

Denganperasaan khawatir dan penasaran yang menghantuinya, ia masuk kerumah sambilmemanggil manggil ibunya. “Ibu.. buu.. ibuu.. ibu dimana bu.. jawabbbu??“.Setelah beberapa saat mencari ibunya diberbagai ruangan rumah, rifkymendengar suara seseorang menahan tangis dari sudut dapur.Karena penasaran,rifky pun mengikuti arah dimana suara itu berasal. Sontak kaget rifky melihatibunya terbujur lemah tak berdaya.

“Ibu..Ibuu.. ibuu kenapa buu??”

“Ibutidak apa-apa nak?” jawab ibunya sambil menahan sakit

“Tidak  apa-apa bagaimana bu? Inii? Ini apa buu?Siapa yang telah melukai mu bu??“ tanya rifky dengan menahan tangis.

Namunibu rifky hanya berkata “Sudahlah nak, mungkin ini sudah takdir dari Yang MahaKuasa “ sambil tersenyum menahan sakit

“Takdir? Ini bukan takdir buk. Tapi ini siksaan, dan ibu tak pantas untukmendapatkannya. Tuhan pun tak akan rela jika umatnya saling menzolimi” Jawabrifky dengan sedikit emosi.“Aku tau, ini semua pasti dilakukan oleh kaum iblisberbadan kerdil itu. Karna hanya mereka yang tega berbuat keji seperti ini. Benarkan bu?? tolong bu,jawab dengan jujur jika ibu masih menganggap saya sebagaianak ibu.Apa yang telah mereka lakukan terhadap ibu, jangan bilang merekakembali melakukan.. ???“ tak sanggup rifky untuk melanjutkan pertanyaannya danair mata pun mulai keluar.

“Jangan menangis nak, air mata mu tak pantas untuk ibumu yang hina ini. Kauadalah satu satunya harta yang tertinggal untuk ibu.Setetes air mata mubagaikan jutaan tetes air mata untuk ibu” sambil mengelap air mata rifky. “Ibuakan melakukan hal apa pun demi kebahagiaanmu sayang. termasuk… ”

“Akumohon bu, jangan lanjutkan perkataanmu”

“Kenapa nak? Apakah kamu malu mempunyai ibu seperti ku?”ibu rifky sontakmengeluarkan air mata

“Tidak bu, aku sangat bangga memiliki ibu seperti mu.Selain kehangatan dankelembutan yang ibu berikan kepada ku,ibu juga mengajarkan ku untuk menjadisosok yang kuat seperti baja. Akan tetapi aku tak akan bisa menerima perlakukanbangsa iblis itu terhadap ibu, dan aku bersumpah akan membalas mereka hinggatitik darah terakhir ku” jawab rifky dengan amarah

“Apa maksud mu nak? jangan bilang kau akan ikut pergi kemedan perang”

“Hanyaitu yang bisa ku lakukan bu.Demi merah putih, demi ayah dan demi pengorbananibu”

“Tidakk..!! kau tidak ibu ijinkan..!! cukup perih bagi ibu untuk menerimakepergian ayah mu,dan ibu tidak mau merasakan kehilangan untuk kedua kalinya”

“Tapi bu..”

Iburifky pun membisikan “Sudah lah nak, perjalanan hidup mu masih panjangdibandingkan ibu” sambil memeluk rifky

****

Keesokanharinya sebelum fajar terbit tanpa sepengetahuan ibunya, rifky sudahbersiap-siap untuk pergi menemui umar dan memberitahukan bahwa ia berubahpikiran. Dan bersedia untuk ikut memegang senjata dimedan perang bersamakesatria lainnya.

Disisilain, ibu rifky baru bangun ketika matahari mulai kembali memberikan cahayakehidupan. Beberapa saat kemudian, ia datang kekamar anaknya untukmembangunkan. Namun,sontak kaget ketika ia melihat rifky tidak ada dikamar. Danibunya pun berusaha untuk mencari rifky selama berminggu-minggu.

            Disela rasa cemas dan khawatiribunya, saat itu rifky sedang sibuk berlatih untuk dimedan perang. Setelahberminggu minggu berlatih akhirnya hari yang ia nantikan sudah tiba. Perang pundimulai, ketika suara tembakan terdengar menggelegar dari para kaum manusiaberhati iblis memecahkan keheningan malam.

 “ Wahai kaum pribumi, saya panglima jepangingin kembali mengingatkan kalian untuk segera menyerah sebelum kalian menjadimayat yang membusuk seperti busuknya bangsa kalian “ teriak panglima jepangdengan versi bahasa jepangnya saat itu.

Kemudiandijawab oleh umar  ”Diam ..!! Kami memangtidak dilahirkan bersama, tapi kami rela mati bersama demi bangsa kami…!!!.”

“Baiklah,jika kematian yang kalian ingin kan. Pasukann.. seranggggg..!!”

Saatitu digambarkan kehidupan mulai menghilang terkubur mati, lingkaran kehampaandan perjalanan menuju sirna. Tentang kematian secara perlahan, Umar sahabatseperjuangan rifky mati ketika kehidupan disemaikan seperti anggur yangterkurung dalam gelas kaca.

Penderitaan,airmata, bahkan darah yang membasahi ibu pertiwi seakan akan menjadi sesuatu yangtiada henti. Kemerdekaan yang hakiki, hanya menjadi bayangan ketika bermimpi. Terdengarbegitu banyak suara tembakan dari para iblis berkaki kerdil dan bermata sipit. Jeritrintihan kesakitan dari para kesatria bangsa pun tiada henti.

Masih teringat malam itu, ketikasuara tembakan terdengar menggelegar dari para manusia berhati iblis. Ketikajiwa merah putih pun menjerit dan merintih mengiringi kepergian jiwa yangsuci.Saat itu rifky berada diambang kematian diantara jasad para kesatria

Dandimana malam itu, rifky hampir mati tertembak oleh peluruh panas milik kaumkerdil bermata sipit itu. Namun, dihalangi oleh seseorang yang tidak asing lagiuntuknya. Yang rela mati demi menyelamatkan rifky.

Ketikaorang tersebut mulai terbujur kaku tak berdaya meninggalkan sebuah senyumrintih menahan sakit, darah mulai menggalir terbungkus dalam bingkisan tangisberlapis emas, dan dimana ketika jiwa pergi dari raga. Disaat itulah sejuta tangisan berdarah keluarmengiringi kepergian sosok wanita paru baya, yang disering dipanggil rifkydengan sebutan IBU.

“Ibuuu.. ibuu… tidakkk… Bertahanlah bu.. ku mohonn… hikkksss .. maaf kan akubu.. aku anak yang durhaka terhadap mu…aku tidak mendengarkan perkataan mu bu..TIDAAAKKKK…!!!

Taklama setelah kepergian ibunya, rifky ditangkap bersama segelintir sisa pejuangyang  masih hidup oleh pasukan jepang. Kemudianrifky dijadikan salah satu budak pasukan untuk mengalahkan tentara sekutudimedan perang oleh tentara jepang.

Hinggasuatu hari rifky berhasil kabur dari jeratan iblis itu, setelah mendapatkankabar bahwa Indonesia telah merdeka

Tingtong ting tong, waktu menunjukan jam 6 sore. Azan magrib pun mulai ber-kumandang,panggilan ibadah pun telah tiba. Rifky telah me-nyelesaikan cerita kehidupannyadan kembali masuk kedalam rumah. Menutup dan meletakan ku disebuah mejakerjanya. Ditaruhnya sebuah pena diatas ku, 

karna aku adalah sebuah catatankecil
Share:

Tangisan Berdarah dari Seorang Pejuang


(Kisah seorang Jugun Lanfu, budak sex jaman jepang)

Awan mendung menyelimuti pagi itu, udara berasa menusuk ketika kegelapan awan semakin menyelimuti. Setetes demi setetes air hujan pun turun membasahi tanah. Melewati pucuk daun yang dibasahi oleh embun. Ku lihat sebuah senyuman dari seseorang sahabat, bagai cahaya matahari yang menghapus gelapnya awan mendung. Seperti biasanya, aku selalu ada dimana pun dia berada. Tiada jarak dan waktu yang memisahkan kami, hari yang kami lewati pun sangat berarti. Dia selalu merangkai sebuah kata indah penuh makna dan menceritakan semua hal yang ia alami, agar aku mengetahui isi dunia .

Panggil saja sahabat ku rifky, dia adalah seorang pensiunan veteran. sosok yang pendiam dan tertutup pada siapa pun, terkecuali padaku. Bisa dibilang rifky adalah seorang perjaka tua. Dia tinggal sebatang kara disebuah rumah sederhana 4×6, tepatnya rumah dinas yang ia peroleh atas jasa jasanya sewaktu muda.

Yang ku ketahui rifky merupakan sosok yang kuat untuk menerima kenyataan yang ia alami. Waktu,detik,menit bahkan hari bukan menjadi sebuah penyesalan hidup baginya.

Saat itu pukul 5 sore ,aku dan rifky berada di halaman belakang rumah,sambil menikmati pemandangan disore itu.Rifky duduk menyandar disebuah kursi goyang yang dimana aku berada tepat dipangkuannya.

Tidak perlu menunggu waktu yang lama,ia kembali merangkai sebuah huruf menjadi sebuah kata,sebuah kata menjadi sebuah kalimat dan akhirnya menjadi sebuah cerita yang menggugahkan hati dari guratan pena yang ia pegang.Dimana ia menceritakan bagaimana kacaunya keadaan dimedan perangan dan kematian orang orang yang ia cintai secara perlahan.

Ceritanya pun dimulai,saat itu senja mulai datang diiringi hujan yang menghentam bumi dengan sangat keras. Tidak ada yang dapat menententukan ,apakah masih siang atau sudah malam.Waktu terasa bergulir begitu cepat,bagaikan manusia dan binatang diterkam oleh kebutaan.Tidak ada yang dapat didengar kecuali suara desiran air hujan yang jatuh menuju ke permukaan bumi,disela jerit tangis para kaum pribumi.Tembakan yang menggelegar bagaikan halilintar, memecahkan keheningan secara berkeping-keping dibawah dahsyat hujan.

Dituliskan tentang para sahabat yang satu persatu diantaranya ku temukan jiwa nasionalisme ku.Tragedi yang mereka alami merupakan peristiwa yang dahsyat bagi ku.Dimana tertuliskan tentang penjara yang menghisap umur narapidana,tentang zaman yang dilipat dalam kertas dan pena,tentang keinginan yang terpasung untuk merdeka,tentang ribuan orang mati syahid terkubur tanpa nama.

Diceritakan seorang wanita paru baya,darahnya terbungkus dalam bingkisan berlapis emas.Yang dimana darahnya menetes membasahi tanah dari langkah kaki jelitanya.Kegelisaan dan ketakutan yang penuh rintihan selalu datang menghantuinya.

Saat itu rifky berusia 18 tahun, usia yang cukup belia untuk menanggung beban hidup yang begitu berat.Ayah rifky telah meninggal dunia saat rifky masih berusia 4tahun, ayahnya merupakan salah satu pejuang dimasa penjajahan belanda.Kemudian rifky dibesarkan oleh ibunya seorang diri, ibu rifky adalah satu diantara banyak wanita Indonesia yang mengalami perbudakan seks oleh kaum kerdil,bermata sipit dan berhati iblis.

Suatu ketika rifky ditawarkan untuk masuk kesebuah organisasi pemuda Indonesia oleh salah satu temannya,panggil saja ia umar. Namun rifky menolak ajakan umar, bukan karna dia takut mati melainkan karna ia takut tak direstui oleh ibunya.

Senja mulai datang,warna awan pun mulai berubah. Rifky kembali kerumah, dengan mengucapkan salam dan memanggil ibunya

“Assalamualaikum.. bukk.. bukk.. Assalamualaikumm bukk..? “ namun rifky tak mendapatkan jawaban.

“ Tidak biasanya ibu tak menjawab salam ku,ada apa ya dengan ibu?? “

Dengan perasaan khawatir dan penasaran yang menghantuinya,ia masuk kerumah sambil memanggil manggil ibunya. “Ibu.. buu.. ibuu.. ibu dimana bu.. jawabb bu??“.Setelah beberapa saat mencari ibunya diberbagai ruangan rumah, rifky mendengar suara seseorang menahan tangis dari sudut dapur.Karena penasaran, rifky pun mengikuti arah dimana suara itu berasal.Sontak kaget rifky melihat ibunya terbujur lemah tak berdaya.

“Ibu.. Ibuu.. ibuu kenapa buu??”

“Ibu tidak apa-apa nak?” jawab ibunya sambil menahan sakit

“Tidak apa-apa bagaimana bu? Inii? Ini apa buu? Siapa yang telah melukai mu bu??“ tanya rifky dengan menahan tangis.

Namun ibu rifky hanya berkata “Sudahlah nak, mungkin ini sudah takdir dari Yang Maha Kuasa “ sambil tersenyum menahan sakit

“ Takdir? Ini bukan takdir buk. Tapi ini siksaan, dan ibu tak pantas untuk mendapatkannya. Tuhan pun tak akan rela jika umatnya saling menzolimi” Jawab rifky dengan sedikit emosi.“Aku tau, ini semua pasti dilakukan oleh kaum iblis berbadan kerdil itu.Karna hanya mereka yang tega berbuat keji seperti ini.Benar kan bu?? tolong bu,jawab dengan jujur jika ibu masih menganggap saya sebagai anak ibu.Apa yang telah mereka lakukan terhadap ibu , jangan bilang mereka kembali melakukan.. ???“ tak sanggup rifky untuk melanjutkan pertanyaannya dan air mata pun mulai keluar.

“ Jangan menangis nak, air mata mu tak pantas untuk ibumu yang hina ini.Kau adalah satu satunya harta yang tertinggal untuk ibu.Setetes air mata mu bagaikan jutaan tetes air mata untuk ibu” sambil mengelap air mata rifky. “Ibu akan melakukan hal apa pun demi kebahagiaanmu sayang.termasuk… ”

“Aku mohon bu, jangan lanjutkan perkataanmu”

“ Kenapa nak? Apakah kamu malu mempunyai ibu seperti ku?”ibu rifky sontak mengeluarkan air mata

“ Tidak bu, aku sangat bangga memiliki ibu seperti mu.Selain kehangatan dan kelembutan yang ibu berikan kepada ku,ibu juga mengajarkan ku untuk menjadi sosok yang kuat seperti baja. Akan tetapi aku tak akan bisa menerima perlakukan bangsa iblis itu terhadap ibu, dan aku bersumpah akan membalas mereka hingga titik darah terakhir ku” jawab rifky dengan amarah

“ Apa maksud mu nak? jangan bilang kau akan ikut pergi kemedan perang”

“Hanya itu yang bisa ku lakukan bu.Demi merah putih,demi ayah dan demi pengorbanan ibu”

“ Tidakk..!! kau tidak ibu ijinkan..!! cukup perih bagi ibu untuk menerima kepergian ayah mu,dan ibu tidak mau merasakan kehilangan untuk kedua kalinya”

“ Tapi bu..”

Ibu rifky pun membisikan “Sudah lah nak, perjalanan hidup mu masih panjang dibandingkan ibu” sambil memeluk rifky

****

Keesokan harinya sebelum fajar terbit tanpa sepengetahuan ibunya ,rifky sudah bersiap-siap untuk pergi menemui umar dan memberitahukan bahwa ia berubah pikiran. Dan bersedia untuk ikut memegang senjata dimedan perang bersama kesatria lainnya.

Disisi lain, ibu rifky baru bangun ketika matahari mulai kembali memberikan cahaya kehidupan. Beberapa saat kemudian, ia datang kekamar anaknya untuk membangunkan. Namun,sontak kaget ketika ia melihat rifky tidak ada dikamar.Dan ibunya pun berusaha untuk mencari rifky selama berminggu-minggu.

Disela rasa cemas dan khawatir ibunya,saat itu rifky sedang sibuk berlatih untuk dimedan perang. Setelah berminggu minggu berlatih akhirnya hari yang ia nantikan sudah tiba. Perang pun dimulai,ketika suara tembakan terdengar menggelegar dari para kaum manusia berhati iblis memecahkan keheningan malam.

“ Wahai kaum pribumi, saya panglima jepang ingin kembali mengingatkan kalian untuk segera menyerah sebelum kalian menjadi mayat yang membusuk seperti busuknya bangsa kalian “ teriak panglima jepang dengan versi bahasa jepangnya saat itu.

Kemudian dijawab oleh umar ”Diam ..!! Kami memang tidak dilahirkan bersama,tapi kami rela mati bersama demi bangsa kami…!!!.”

“Baiklah, jika kematian yang kalian ingin kan.Pasukann.. seranggggg..!!”

Saat itu digambarkan kehidupan mulai menghilang terkubur mati, lingkaran kehampaan dan perjalanan menuju sirna.Tentang kematian secara perlahan ,Umar sahabat seperjuangan rifky mati ketika kehidupan disemaikan seperti anggur yang terkurung dalam gelas kaca.

Penderitaan,air mata, bahkan darah yang membasahi ibu pertiwi seakan akan menjadi sesuatu yang tiada henti.Kemerdekaan yang hakiki,hanya menjadi bayangan ketika bermimpi.Terdengar begitu banyak suara tembakan dari para iblis berkaki kerdil dan bermata sipit.Jerit rintihan kesakitan dari para kesatria bangsa pun tiada henti.

Masih teringat malam itu, ketika suara tembakan terdengar menggelegar dari para manusia berhati iblis. Ketika jiwa merah putih pun menjerit dan merintih mengiringi kepergian jiwa yang suci.Saat itu rifky berada diambang kematian diantara jasad para kesatria

Dan dimana malam itu, rifky hampir mati tertembak oleh peluruh panas milik kaum kerdil bermata sipit itu.Namun, dihalangi oleh seseorang yang tidak asing lagi untuknya. Yang rela mati demi menyelamatkan rifky.

Ketika orang tersebut mulai terbujur kaku tak berdaya meninggalkan sebuah senyum rintih menahan sakit,darah mulai menggalir terbungkus dalam bingkisan tangis berlapis emas,dan dimana ketika jiwa pergi dari raga.Disaat itulah sejuta tangisan berdarah keluar mengiringi kepergian sosok wanita paru baya, yang disering dipanggil rifky dengan sebutan IBU.

“ Ibuuu.. ibuu… tidakkk… Bertahanlah bu.. ku mohonn… hikkksss .. maaf kan aku bu.. aku anak yang durhaka terhadap mu…aku tidak mendengarkan perkataan mu bu.. TIDAAAKKKK…!!!

Tak lama setelah kepergian ibunya, rifky ditangkap bersama segelintir sisa pejuang yang masih hidup oleh pasukan jepang.Kemudian rifky dijadikan salah satu budak pasukan untuk mengalahkan tentara sekutu dimedan perang oleh tentara jepang.

Hingga suatu hari rifky berhasil kabur dari jeratan iblis itu, setelah mendapatkan kabar bahwa Indonesia telah merdeka

Ting tong ting tong, waktu menunjukan jam 6 sore. Azan magrib pun mulai berkumandang, panggilan ibadah pun telah tiba.Rifky telah menyelesaikan cerita kehidupannya dan kembali masuk kedalam rumah.Menutup dan meletakan ku disebuah meja kerjanya.Ditaruhnya sebuah pena diatas ku, karna aku adalah sebuah catatan kecil

Share:

Postingan Populer KCPI

PROFIL KCPI

Bantu Perjuangan KCPI

Bantu Perjuangan KCPI
Klik Donasi

Entri yang Diunggulkan

KCPI Siap Menjadi Narasumber Wawasan Kebangsaan

KCPI siap memberi materi sebagai Nara sumber Bidang Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa kepada ...