Komunitas Penggiat Sejarah Perjuangan Bangsa dan Sahabat Para pejuang Indonesia (Community of National Struggle History Activists and Friends of Indonesian Warriors)

" Selamat Datang di Website Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI)"

Tampilkan postingan dengan label Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Tampilkan semua postingan

Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

 


PINDAH IBUKOTA REPUBLIK INDONESIA dari Jakarta ke Yogyakarta Januari tahun 1946 atas kerelaan dan biaya sepenuhnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX. 

Kraton Ngayogyokarto Hadningrat sepenuhnya mendukung Republik Indonesia Moriil maupun Materiil. Bung Karno dan Keluarga tinggal di Gedung Agung ex Kediaman Gubernur Djendral Belanda dan Bung Hatta tinggal di Kadipaten Pakualaman. 

Kala itu Kraton Yogyakarta sepenuhnya mendukung Pemerintahan Republik Indonesia! Kepatihan disekitar Malioboro pun menjadi Pusat Pemerintahan dan Sidang2 Kabinet pun diadakan disana. Sultan atas bantuan Haji Bilal menyediakan Perumahan Menteri di Taman Juwono Dagen dan daerah Sagan. 

Para menteri pun mendapat kendaraan Sepeda Raeligh buatan Inggris dari Kraton Yogyakarta. Kendaraan Presiden pun disediakan Kraton Yogya yaitu mobil sedan Buiqh sebagai mobil RI - 1. Keperluan Negara yang sedang berjuang kala itu, sepenuhnya di tanggung Keraton Yogyakarta. 

Ketika akhir tahun 1949, Pemerintah RI akan balik ke Jakarta Sri Sultan Hamengkubuwono IX masih nyangoni Bung Karno 6 Juta Gulden sambil berkata; " Bung hanya ini sisa yang bisa saya berikan untuk melanjut kan perjuangan Republik di Jakarta, semoga bermanfaat." Bung Karno pun terharu menitikan air mata sambil memeluk Sri Sultan : " Matur nuwun Ngarsodalem, Indonesia pasti merdeka!" 

Dalam kepemimpinannya ke depan Bung Karno  sangat hormat dan respek dengan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan menganggap beliau sebagai Saudara tua yang berjasa bagi Indonesia. 

Bung Karno selalu menyebut Sri Sultan HBIX sebagai " NGARSADALEM SAMPEYAN DALEM INKANG SINUWWUN KANJENG SULTAN SENAPATI ING NGALAGA SAYIDIN PANATAGAMA KALIFATULLAH " , Kata Bung Karno: " Ingat Negeri Ngayogyakarto itu sudah ada, sebelum Indonesia ada dan di pimpin Ngarsodalem Hamengkubuwono IX, beliau saudara tua Indonesia!" Di ucapkan dalam sidang kabinet perpisahan sebelum republik kembali ke Jakarta, diceritakan oleh M Natsir menteri penerangan masa itu.

Share:

Yang Sakit itu Soedirman…PANGLIMA BESAR Tidak Pernah Sakit….!


Belanda ingin menghapus Republik Indonesia dari peta dunia.....dan berkuasa kembali di tanah jajahannya.  Tujuan utama mereka menangkap Presiden RI Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta.....membubarkan pemerintahan dan menghancurkan TNI.

19 Desember 1948....
dalam waktu singkat pasukan Belanda berhasil menguasai Kota Yogyakarta.....

Menit2  saat negara genting akibat serangan Belanda.... Panglima TNI Jenderal Soedirman menemui Presiden Soekarno. Soedirman menghadap dalam balutan mantel dan sandal.... Sudah berminggu2  panglima tentara ini tidak bisa bangun karena sakit.

Soedirman meminta Soekarno ikut gerilya...sementara Soekarno bersikeras tetap tinggal.... untuk selanjutnya berjuang melalui jalan diplomasi.

Soedirman berpendapat Belanda sudah ingkar janji.... tak ada gunanya diplomasi. 
Sementara Soekarno yakin hanya dengan jalan diplomasi Indonesia bisa mendapat dukungan internasional....guna menekan Belanda. 
Keduanya teguh pada pendapat masing2.....

Soal perbedaan sikap dan siasat ini wajar terjadi.....antara pemimpin sipil dan militer.

Menurut saya... apa yang dilakukan Soedirman bukanlah sebuah pembangkangan militer pada presiden.....Lagipula jika Soekarno ikut bergerilya justru akan mempersulit peperangan....

Soekarno pun bisa kita yakini tak sanggup hidup dalam medan gerilya....dan sangat mengandalkan diplomasi.  Jika Soekarno ikut gerilya..... gempuran militer Belanda di bawah Jenderal Spoor akan lebih gila kerasnya. 

Spoor begitu ingin Soekarno tewas dalam serangan......

Cindy Adams dalam biografinya Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia....menulis  dialog antara Bung Karno dengan Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman....saat detik-detik agresi militer Belanda tanggal 19 Desember 1948 di Yogyakarta.

Dua jam sebelum pendaratan pasukan Belanda....Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman.....yang masih berumur 32 tahun....membangunkan Bung Karno.

Setelah menyampaikan informasi yang diterimanya terlebih dahulu..... Soedirman mendesak Bung Karno ikut dengan dia ke hutan....

Tak berselang lama Bung Karno berkata....“Dirman.... engkau seorang prajurit. Tempatmu di medan pertempuran dengan anak buahmu....Dan tempatmu bukanlah pelarian bagi saya..... Saya harus tinggal di sini.....mungkin bisa berunding untuk kita dan memimpin rakyat kita semua," kata Bung Karno ketika itu.

“Kemungkinan Belanda mempertaruhkan kepala Bung Karno.....Jika Bung Karno tetap tinggal di sini....
Belanda mungkin menembak saya. Dalam kedua hal ini....saya menghadapi kematian,...
tapi jangan kuatir. 
Saya tidak takut....Anak2 kita menguburkan tentara Belanda yang mati....Kita perang dengan cara yang beradab....
akan tetapi …”

Soedirman mengepalkan tinjunya.....
” Kami akan peringatkan kepada Belanda....kalau Belanda menyakiti Soekarno......
bagi mereka tak ada ampun lagi. Belanda akan mengalami pembunuhan besar2 an.”

Soedirman melangkah ke luar dan dengan cemas melihat udara....
Ia masih belum melihat tanda2.....
“Apakah ada instruksi terakhir sebelum saya berangkat...???” kata dia.

“Ya....
jangan adakan pertempuran di jalanan dalam kota.... Kita tidak mungkin menang. 
Akan tetapi pindahkanlah tentaramu ke luar kota Dirman....dan berjuanglah sampai mati.
Saya perintahkan kepadamu untuk menyebarkan tentara ke desa2.... Isilah seluruh ngarai dan bukit....
Tempatkan anak buahmu di setiap semak belukar.....Ini adalah perang gerilya semesta”.

“Sekali pun kita harus kembali pada cara amputasi tanpa obat bius.....dan mempergunakan daun pisang sebagai perban.....
namun jangan biarkan dunia berkata bahwa.....kemerdekaan kita dihadiahkan dari dalam tas seorang diplomat. 
Perlihatkan kepada dunia bahwa..... kita membeli kemerdekaan itu dengan mahal......
dengan darah...
keringat dan tekad yang tak kunjung padam..." kata pak Karno..

“Dan jangan ke luar dari lembah  dan bukit.... hingga Presidenmu memerintahkannya.
Ingatlah.....
sekali pun para pemimpin tertangkap..... orang yang di bawahnya harus menggantikannya....
baik ia militer maupun sipil. 
Dan Indonesia tidak akan menyerah!”.

Sebelumnya....
Presiden Sukarno menyarankan agar Jenderal Soedirman menjalani perawatan saja.....karena penyakit Soedirman pada waktu itu tergolong parah....

“Yang sakit itu Soedirman…panglima besar tidak pernah sakit….” Itu jawaban sang Jenderal.

Sementara itu Belanda sudah menguasai Lapangan Udara Maguwo.....
Sekitar pukul 11.00 WIB...pasukan baret hijau Belanda bergerak memasuki kota. 
Tujuan mereka menangkap Soekarno-Hatta dan para pejabat RI lain.

Tak butuh waktu lama untuk mencapai Istana Negara.....
Pertahanan TNI yang tersisa terlalu lemah untuk menghentikan gerak maju pasukan komando Belanda pimpinan Letkol Van Beek....

Setelah melumpuhkan pengawal presiden....baret hijau Belanda mengepung istana. 
Soekarno keluar menemui pasukan penyerang itu.....Overste Van Beek memberi hormat.

"U staat onder huisarrest." Artinya anda sekarang menjadi tahanan rumah.....
Saat itu tentara Belanda juga menahan Mohammad Hatta....dan hampir seluruh menteri RI.

Belanda merasa menang saat itu.....
Mereka mengira sudah melumpuhkan pemerintahan Indonesia. 
Tapi mereka tak berhasil menangkap Jenderal Soedirman....
Sebelumnya Kolonel Van Langen mengira Soedirman masih berkumpul di istana.....bersama Soekarno dan pejabat lain....

Ternyata saat pasukan baret hijau mengepung Istana.....Soedirman telah berangkat untuk memulai perang gerilya. 
Jenderal yang sakit2 tan itu pantang menyerah......
Soedirman menolak permintaan Soekarno untuk bersembunyi di dalam kota dan menunggu sakitnya sembuh. 
Dengan paru-paru hanya sebelah.....Soedirman menunjukkan tekadnya sebagai panglima pemimpin pasukan.

Pada Soedirman republik yang masih muda ini berharap.....Soedirman tak kenal kata menyerah. 
Dari atas tandu dia membuat pasukan lawan frustasi......Soedirman berjuang hingga Belanda terusir dari Indonesia selamanya.
Share:

JENDERAL KOHLER Tertembak di depan Masjid Raya Baiturrahman BANDA ACEH

Jenderal Kohler roboh di areal masjid tersebut. Seorang Pejuang Atjeh dengan posisi merunduk melepaskan tembakan dari jarak 100 meter dan mengenai jantung sang jenderal. Siapakah dia......?

Pada Tanggal 26 Maret 1873, Belanda mengeluarkan maklumat perang terhadap Aceh. Perang ini merupakan perang terlama dan paling melelahkan yang pernah dilakoni oleh Belanda.

Dimulai agresi Belanda pertama terhadap Aceh tahun 26 Maret 1873, Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Kohler berhasil mendarat di pantai Ulee Lheu setelah mematahkan pertahanan pantai Kesultanan Aceh.

Pasukan Belanda kemudian bergerak menuju pusat ibu kota kerajaan, Kutaradja (Banda Aceh saat ini-red). Kedatangan Belanda ini mendapat perlawanan sengit dari pejuang Aceh.

Namun karena persenjataan Belanda yang lengkap membuat pejuang Aceh terpaksa mundur, dan Belanda berhasil menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Beberapa sumber disebutkan, saat itu pasukan ekspedisi Belanda berkekuatan 5.000 orang.
dikutip dari sebuah sumber pada tanggal 14 April 1873, ketika Jenderal Kohler sedang menginspeksi pasukan Belanda di areal mesjid tersebut, tiba-tiba seorang pejuang Aceh dengan posisi merunduk melepaskan tembakan dari jarak 100 meter dan mengenai jantung sang jenderal.

Kohler roboh di bawah pohon Geulumpang atau kelumpang yang tumbuh di halaman Mesjid Raya Baiturrahman. Pohon tersebut oleh pihak Belanda dinamakan Kohlerboom atau pohon Kohler.
Pelaku penembakan Kohler diketahui seorang remaja Laskar Aceh berusia 19 tahun yang bersembunyi di reruntuhan masjid.
Peristiwa tersebut tentu mengejutkan pasukan Belanda dan beritanya tersebar luas keseluruh dunia, terutama Eropa pada waktu itu.
Sementara menurut kisah sang pahlawan atau sniper penembak jenderal Kohler tersebut gugur ditembak pasukan Belanda beberapa saat setelah kejadian.

*****
MISTERI siapa nama penembak Kohler hingga kini masih tersimpan erat. Namun menurut Teuku Nukman, 68 tahun, cucu Imum Lueng Bata, yang pernah diwawancarai beberapa waktu lalu, sang penembak jitu tersebut bernama Teungku Imum Lueng Bata.
“Banyak orang dan juga media tidak menuliskan siapa sebenarnya penembak misterius Jenderal Kohler,” ujarnya.
Teungku Imum Lueng Bata merupakan pemimpin Kemukiman Lueng Bata. Pemimpin tersebut bernama asli "Teuku Nyak Radja". Ia anak Teungku Chik Lueng Bata. Dulunya Lueng Bata daerah bebas dan berada langsung di bawah kesultanan.

Nukman menduga karena saat itu suasana tidak kondusif, para pengikut sepakat melindungi pimpinannya. “Maka, penembak Kohler juga dirahasiakan. Lagi pula namanya juga sniper, kan pastinya sifatnya rahasia,” ujar Nukman.
Jarak Imum Lueng Bata dengan Kohler, kata Nukman, sekitar 100 meter. Ia menilai hanya senjata seadanya yang dipakai Lueng Bata untuk menembak. Teuku Njak Radja hanya melepaskan satu tembakan dan tepat mengenai lensa keker Kohler. Peluru tembus ke dada dan Kohler meregang sembari berkata :
“Oh God ik ben getroffen (Oh Tuhan Aku Kena)”.

Yang tidak diketahui Nukman hingga sekarang adalah tempat Imum Lueng Bata dikubur.......?

Referensi sejarah :
  • Menyebutkan Imum Lueng Bata meninggal dalam pengejaran tentara Belanda, tetapi tak jelas lokasinya.
  • Ada yang mengatakan Beliau Meninggal di Geulumpang Minyeuk, Pidie.
Hanya Allah yang tahu artinya mengapa beliau tidak diketahui makamnya. Mungkin agar beliau tetap terlindungi dari pengejaran Belanda saat itu,” ujar Nukman.
Share:

Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia

Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan Jepang adalah masa paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, terutama dalam pembentukan nasionalisme dan pelatihan militer bagi pemuda Indonesia. Dalam masa pendudukan Jepang yang singkat itu telah membawa dampak positif dan juga dampak negatif bagi bangsa Indonesia pada umumnya.

Dampak Positif Pendudukan Jepang

Tidak banyak yang mengetahui tentang dampak positif pendudukan Jepang di Indonesia.Dampak positif yang dimaksud, antara lain sebagai berikut:
  1. Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
  2. Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
  3. Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar Sukarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
  4. Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
  5. Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA.
  6. Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi.
  7. Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocoktanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
  8. Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
  9. Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
  10. Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nippon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
Dampak Negatif Pendudukan Jepang

Selain dampak positif di atas, pendudukan Jepang juga membawa dampak negatif yang luar biasa, antara lain:
  1. Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.
  2. Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.
  3. Ekploitasi segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita kelaparan.
  4. Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
  5. Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
  6. Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus dan intelijen dikalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses pengadilan.
  7. Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya di bawah pengawasanJepang.
  8. Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
  9. Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
  10. Banyak guru yang dipekerjakan sebagai pejabat pada masa itu sehingga menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

Share:

Brigjen Hasan Basry

Brigjen Hasan Basry (lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, 17 Juni 1923 meninggal di Jakarta, 15 Juli 1984 pada umur 61 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia dimakamkan di Simpang Tiga, Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dianugerahi gelar Pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal 3 November 2001.

Biografi

Hasan Basry menyelesaikan pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS) yang setingkat sekolah dasar, kemudian ia mengikuti pendidikan berbasis Islam, mula-mula di Tsanawiyah al-Wathaniah di Kandangan, kemudian di Kweekschool Islam Pondok Modern di Ponorogo, Jawa Timur.

Setelah prolamasi kemerdekaan, Hasan Basry aktif dalam organisasi pemuda Kalimantan yang berpusat di Surabaya. Dari sini ia mengawali kariernya sebagai pejuang. Pada bulan Oktober 1945, ia berangkat ke Banjarmasin untuk mempersiapkan basis bagi kedatangan ekspedisi militer dari Jawa untuk memperkuat perjuangan menghadapi Belanda di Kalimantan Selatan. Ia membina hubungan dengan berbagai pergerakan perjuangan, diantaranya Lasykar Syaifullah. Akan tetapi, kegiatannya diketahui Belanda. Pada pertengahan tahun 1946, Belanda menangkapi tokoh-tokoh Lasykar Syaifullah. Hasan Basry berhasil meloloskan diri. Ia kemudian membentuk wadah perjuangan baru, Benteng Indonesia.

Bulan November 1946, Komandan Divisi IV ALRI di Jawa menugasi Hasan Basry untuk membentuk Batalyon ALRI di Kalimantan Selatan. Tugas itu dilaksanakan dengan cara melebur Benteng Indonesia menjadi menjadi Batalyon ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Ia menempatkan markasnya di Kandangan.. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu.

Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di Jawa menyebabkan posisi Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai dengan Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura dan Sumatera. Berarti Kalimantan merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Belanda. Akan tetapi, Hasan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap Perjanjian Renville (17 Januari 1948). Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI, yakni ke Jawa.

Kemudian semua kesatuan Angkatan Darat di Kalimantan digabungkan ke dalam Tentara dan Teritorium VI/Tanjungpura yang kemudian menjadi Kodam VI/Tanjungpura. Letnan Kolonel Hasan Basry ditetapkan sebagai Komandan Sub Teritorium III Kalimantan Selatan.
Share:

10 PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA

1. Pertempuran Surabaya 10 November 1945 (Surabaya)
Gencatan senjata antara tentara Indonesia dan pihak Sekutu justru berbuntut ke insiden Jembatan Merah. BrigJen Mallaby yang kala itu berpapasan dengan milisi Indonesia terlibat baku tembak karena kesalahpahaman semata. Kematian Mallaby memicu kemarahan tentara Sekutu. MayJen Robert Mansergh yang menggantikan Mallaby lantas mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 yang meminta pihak Indonesia untuk menyerahkan semua persenjataan dan mengibarkan bendera putih. Tidak diindahkan, salah satu perang paling destruktif di Indonesiapun tak terelakkan. Inggris mengerahkan 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang untuk mengepung Surabaya. Arek-arek Surabaya tak mengenal kata menyerah. Dengan perlengkapan seadanya, mereka memutuskan untuk memberi perlawanan. 6.000 rakyat Indonesia tewas dan 200.000 lainnya harus mengungsi. Peristiwa Surabaya lantas menjadi pemicu upaya pertahanan kemerdekaan di wilayah lain. 
2. Bandung Lautan Api (Bandung)
Ultimatum Tentara Sekutu kepada Tentara Rakyat Indonesia untuk meninggalkan kota Bandung memicu salah satu gerakan paling spektakuler di sejarah perang Indonesia ini. Sadar bahwa kekuatan senjata tidak akan berimbang dan kekalahan sudah pasti di depan mata, TRI tidak rela jika Sekutu memanfaatkan Bandung sebagai pusat militer untuk menginvasi wilayah yang lain. Berdasarkan hasil musyawarah, sebuah tindakan bumi hangus dipilih untuk memastikan hal ini tidak terjadi. 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka selama kurun waktu 7 jam dan bersama bergerak mengungsi ke wilayah selatan. 


3. Operasi Trikora (Irian Barat)
Operasi Trikora digelar dengan satu tujuan utama yang sederhana namun jelas dengan berbagai usaha: merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Belanda yang keras kepala dan tidak ingin menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia harus merasakan konsekuensi yang tidak ringan dari keputusannya tersebut. Berbekal persenjataan berat yang baru saja didapatkan dari Uni Soviet, sebuah operasi militer besar-besaran dikerahkan; terbesar yang pernah dilakukan Indonesia sepanjang sejarah. 


4. Serangan Umum 1 Maret 1949 (Yogyakarta)


Indonesia semakin berani ketika perlengkapan senjata dan koordinasi militernya yang masih muda mulai menunjukkan potensi pertahanan yang cukup kuat. Belanda yang di kala itu sedang menjajal usaha invasi keduanya datang seolah tak terbendung. Namun, TNI tidak tinggal diam. Sebuah rencana serangan disusun untuk menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki sebuah kemampuan sebuah negara berdaulat, tetapi juga eksistensi badan militer. Yogyakarta dipilih sebagai ajang pembuktian. Selain sebagai ibu kota, Yogyakarta kala itu juga memuat banyak wartawan asing yang signifikan untuk publisitas dan memperkenalkan Indonesia. Serangan dimulai saat fajar, berlangsung selama 6 jam, dan berhasil memukul mundur Belanda.

5. Pertempuran Laut Aru (Maluku)
Tidak diragukan lagi, perang laut paling dramatis yang pernah terjadi di Indonesia adalah Pertempuran Laut Aru yang merupakan bagian dari operasi Trikora. Tiga kapal perang tempur Indonesia yang ditugaskan melakukan operasi penyusupan, RI Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, dan RI Harimau, harus berhadapan dengan sebuah takdir buruk. Operasi yang seharusnya berjalan rahasia ini ternyata terendus oleh pihak otoritas Belanda. Mereka mengirimkan dua kapal jenis destroyer dan pesawat tempur untuk menenggelamkan ketiga kapal perang Indonesia. Namun, dengan heroiknya, RI Matjan Tutul memutuskan untuk maju dan mengalihkan perhatian musuh, memberikan kesempatan kepada dua kapal yang lain untuk melarikan diri. Komodor Yos Sudarso wafat dalam pertempuran ini.
 

6. Operasi Dwikora (Malaysia)
Kecemasan Soekarno bahwa Malaysia dan Kalimantan Utara akan menjadi kaki tangan kolonial membuat operasi Dwikora dikerahkan. Malaysia yang kala itu berada di bawah wewenang kekuasaan Inggris diberikan kesempatan untuk melakukan referendum dan menentukan nasibnya sendiri. Namun, masyarakat Malaysia saat itu justru mulai menghasilkan sikap anti-Indonesia dan "meludahi" Tanah Air kita. Soekarno yang marah memutuskan untuk berperang. Sebuah pidato terkenal, Ganyang Malaysia, juga diproklamasikan saat itu. Perang agen rahasia, sabotase, dan militer terbuka dikerahkan. Indonesia harus melawan tiga negara sekaligus: Malaysia, Inggris, dan Australia. 

Instruksi Presiden Soekarno pada tanggal 31 Agustus 1945 untuk mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh pelosok Nusantara tidak serta-merta membuat kedaulatan Indonesia berjaya. Belanda tampaknya tak kehilangan akal untuk terus menancapkan taringnya di atas Tanah Air. Berkedok sebuah lembaga kemanusiaan, Intercross, Belanda melakukan langkah-langkah politik dan berunding dengan pihak Jepang di Hotel Yamato. Pada tanggal 18 September 1945, sekelompok orang Belanda W.V. Ch Ploegman mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di atas hotel tersebut. Tentu saja ini memicu kemarahan besar rakyat Surabaya. Para pemuda berkumpul di luar hotel dalam jumlah masif, marah karena kedaulatan Indonesia yang terinjak. Mereka merangsek paksa, masuk ke dalam hotel dan memicu apa yang kita kenal sebagai Insiden Hotel Yamato. Bagian biru bendera Belanda tersebut dirobek. Bendera yang kini hanya menyisakan warna merah dan putih dikibarkan kembali dengan disertai pekik "Merdeka" para pemuda Surabaya. 


8. Perang Gerilya Soedirman
Tidak ada masyarakat Indonesia yang tidak mengenal sosok kharismatik, Jenderal Soedirman. Dalam kondisi kesehatan yang bahkan tidak memungkinkan untuk bergerak sendiri, Jenderal Soedirman tetap memimpin pergerakan dari atas tandu. Taktik utamanya adalah dengan bergerilya, menyerang pasukan musuh, dan kemudian bersembunyi. Beliau adalah ahli strategi yang mumpuni dan sering berhasil menyerang pasukan Belanda dan Sekutu di titik-titik yang memang berdampak signifikan. Sayangnya, beliau harus kalah kepada ketidakberdayaan melawan penyakit tuberkolosis yang semakin parah. 


9. Perang Ambarawa (Semarang)
Sekutu memang tidak pernah berhenti berulah. Kedatangan awal di Semarang untuk semata mengurus tahanan perang Jepang justru berbuntut menjadi kekacauan. Rakyat marah ketika melihat para tahanan yang sebagian besar merupakan eks-tentara Belanda tersebut justru dipersenjatai. Serangan dilancarkan oleh Tentara Keamanan Rakyat yang berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga mereka terpaksa bertahan di kompleks gereja. Tanggal 12 Desember 1945, kesatuan-kesatuan TKR datang untuk menyerang dan memulai perang selama 1,5 jam. Melalui strategi flanking, Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan memukul mundur Sekutu. 


10. Puputan Margarana (Bali)
 

Bagi Anda yang belum mengenal sejarah Bali sebelumnya, Puputan mungkin tampil sebagai sebuah konsep yang masih asing terdengar. Namun, bagi yang pernah mempelajarinya, Puputan merupakan tindakan paling patriotik yang ada dalam sejarah Indonesia. Puputan adalah tradisi masyarakat Bali untuk memberikan perlawanan terhadap siapa pun agresor yang berani menyentuh Tanah Air hingga titik darah penghabisan. Tidak ada kata mundur, tidak ada kata menyerah. Salah satu perang puputan paling dramatis adalah Puputan Margarana yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. Dalam usaha mempertahankan desa Marga dari serangan NICA, Ngurah Rai yang berhasil merampas senjata api dari tentara Belanda berkomitmen untuk mengobarkan perang perlawanan hingga titik darah penghabisan. Tentara Belanda yang sempat kewalahan dan kalah terpaksa meminta bantuan sebagian besar pasukannya di Bali dan pesawat pengebom dari Makassar untuk membasmi perlawanan ini. 96 orang tewas, termasuk I Gusti Ngurah Rai. Dari pihak Belanda? Kurang lebih 400 orang tewas. 

Share:

Postingan Populer KCPI

PROFIL KCPI

Bantu Perjuangan KCPI

Bantu Perjuangan KCPI
Klik Donasi

Entri yang Diunggulkan

KCPI Siap Menjadi Narasumber Wawasan Kebangsaan

KCPI siap memberi materi sebagai Nara sumber Bidang Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa kepada ...