Inilah beberapa perusahaan besar Indonesia yang kini sebagian besar sahamnya dikuasai oleh Investor asing.....
PT. Indosat Tbk
Porsi saham terbesar PT Indosat Tbk yang masih ada unsur BUMN dikuasai perusahaan Qatar Telecom sebanyak 65%. Kemudian dari Norwegia (Skagen AS) sebanyak 5,38%. Pemerintah hanya memiliki 14,29% dan sisanya untuk publik sebanyak 15,33%.
PT. Telkom
Bahkan Telkomsel yang mengaku Paling Indonesia yang juga adalah BUMN dengan pelanggan di tas 100 juta, sebanyak 35% sahamnya dimiliki oleh perusahaan Singapura, SingTel Mobile dan sisanya 65% dikuasai Telkom.
XL
Sebanyak 66,7% saham XL dikuasai Axiata Group Berhad, Malaysia. Kemudian Etisalat memiliki 13,3% dan sisanya 20% untuk publik. Hal serupa untuk Axis dan Tri yang semuanya milik asing. Praktis, hampir semua frekuensi telekomunikasi Indonesia dikuasai oleh asing.
PT. Freeport Indonesia
Freeport McMoran memiliki saham 90,64 persen di PT Freeport Indonesia: 81,28 persen melalui penguasaan saham secara langsung dan 9,36 persen melalui PT Indocopper Investama. Sementara Pemerintah Indonesia hanya menguasai 9,36 persen sisanya. Bandingkan dengan pemerintah Venezuela mewajibkan kepemilikan nasional atas saham perusahaan tambang paling minimal 55%. Sisanya baru boleh dimiliki oleh perusahaan asing. Venezuela jg mewajibkan perusahaan tambang emas asing membayar royalti paling minimal 13% dari total produksi. Dengan kepemilikan saham mayoritas, pemerintah Venezuela bisa memegang kendali produksi. Di samping itu, kontribusi Freeport melalui royalty sangat tidak adil. Untuk royalti, Indonesia hanya menerima 1 persen (emas dan perak) dan 1-3,5 persen (tembaga) dari pihak Freeport.
Lain-Lainnya
Pernah minum air kemasan “Aqua”?? sebesar 74% sahamnya dikuasai perusahaan Danone asal Prancis, atau minum teh Sariwangi?? 100 % sahamnya milik Unilever, Inggris, bagi kaum ibu rumah tangga yang memiliki balita, pasti tidak asing dengan susu SGM, milik PT. Sari Husada, sebesar 82% sahamnya dikuasai Numico, Belanda. Mau mandi pake sabun Lux, sikat gigi pakai Pepsodent, itu produk2 atas penguasaan Unilever, atau untuk para perokok, Sampoerna, 97% sahamnya mililk Philips Morris, Amerika Serikat. Mau belanja pergi ke supermarket Carrefour, milik perusahaan Prancis, bahkan supermarket Alfa pun sudah jadi milik Carrefour dengan penguasaan saham 75%. Atau ke mall Giant, hypermarket itu milik Diary Farm International, Malaysia (yang juga pemilik saham di supermarket Hero).
Mau menabung atau mengambil uang di bank swasta nasional?? BCA, Danamon, BII, Bank Niaga, dan bank swasta nasional lainnya, hampir semua bank swasta nasional itu sudah milik perusahaan asing (sekalipun masih tetap melekat diistilahkan bank swasta nasional).
Mau membangun rumah pakai semen Tiga Roda bikinan Indocement, kini sudah menjadi milik Heidelberg, Jerman yang menguasai sekitar 61,70% sahamnya. Atau mau pakai Semen Gresik, juga sudah milik Cemex, Meksiko. Begitupun Semen Cibinong, sebesar 77,37 % sahamnya sudah dimiliki Holchim, Swiss. Dan lain sebagainya yang tidak bisa admin sebutkan satu persatu.
Kenapa keberpindahtanganan saham tersebut bisa terjadi?? Rata2 mengatakan bahwa saham perusahaan terpaksa dijual ke asing karena pada saat itu perusahaan bersangkutan tengah berada diujung kebangkrutan, sehingga jelas harus diselamatkan, dan salah satu alternatifnya adalah dengan menjual sebagian kecil atau sebagian besar saham ke investor asing. Ada yang bilang, bahwa penguasaan saham perusahaan oleh asing itu sah2 saja, “Toh mereka (perusahaan asing) membuka lapangan kerja, bayar pajak, menumbuhkan perekonomian nasional”, dan lain sebagainya. Tapi sudahkah kita mempertanyakan rasa hati kita, ketika simbol kepemilikan nasional kita ternyata dimiliki oleh orang lain (asing) ???.
Sebatas itu info dari kami, semoga dapat memberikan wawasan dan sadar pada kenyataan yang sebenarnya terjadi di negeri tercinta kita ini.