Aku tinggal di negeri yang aneh. Demikian anehnya sehingga akupun merasa aneh setiap kali melihat keanehannya. Dan kalau aku mengatakan keanehan itu, orang lain malah melihat kepadaku dengan aneh. Itulah keanehan negeri dimana aku tinggal.
Betapa tidak.
Negeri itu terkenal sebagai negeri yang subur dan kaya dengan sumber daya alam. Sehingga diberi julukan gemah ripah loh jinawi. Tetapi anehnya rakyatnya banyak yang miskin. Bahkan ada yang hidup melarat. Sehingga banyak yang pergi ke negeri lain, bekerja demi mencari nafkah menghidupi diri dan keluarganya. Lebih aneh lagi, dikala mereka yang bekerja di negeri orang dinistakan, dianiaya dan dizholimi, pemimpin negeri ini seperti tidak berdaya membela dan melindunginya. Padahal mereka diberi julukan sebagai pahlawan devisa. Aneh. Pemimpin negeri itu mau devisanya tetapi tidak mau membela dan melindungi si pahlawan devisa.
Betapa tidak.
Negeri itu sedari dulu terkenal sebagai negeri dengan masyarakat yang ramah, penuh sopan santun dan seni budaya yang tinggi. Anehnya, sekarang bentrokan antar warga terjadi hampir setiap hari. Pemilihan kepala daerah hampir semua bermasalah. Semua calon ingin menang, sehingga kalau kalah hampir selalu membantah dan tidak mau menerima kekalahan. Lebih aneh lagi, berbagai kecurangan dilaporkan sementara kecurangan itu dilakukan hampir semua calon. Aneh. Mereka mau menang, tetapi tidak mau menerima kenyataan kalau pemenang hanya satu.
Betapa tidak.
Negeri itu belum mampu menggaji para aparatur pemerintahan dengan jumlah yang mencukupi. Anehnya, banyak diantara mereka, para abdi negara itu, yang kaya dan hidup mewah. Sampai ada yang punya villa dan apartmen serta mobil mewah. Lebih aneh lagi, orang orang memandang mereka sebagai orang yang sukses sehingga dihormati dimana mana. Aneh. Mereka yang gajinya kecil bisa kaya raya, sementara masyarakat yang bekerja keras membanting tulang tetap hidup susah.
Betapa tidak.
Di negeri itu ada koruptor yang ditangkap dan dimasukkan rumah tahanan. Anehnya, dia bisa keluyuran, pulang ke apartmen mewahnya, dan bahkan plesiran sampai ke Bali. Lebih aneh lagi, aparat penegak hukum, yang seharusnya menjaga dan mengawasinya, seperti kebingungan. Sementara pencuri sebutir buah semangka, dapat segera disidangkan kasusnya dan divonis masuk penjara. Aneh. Sudah jelas ada yang tidak beres dalam penegakan hukum dan keadilan, kepala negeri itu malah bilang tidak mau intervensi.
Betapa tidak.
Di negeri itu, para pegawai yang mengurusi keuangan negara diberi gaji besar melebihi yang lainnya. Katanya agar mereka tidak korupsi. Anehnya, korupsi besar-besaran justru dikalangan mereka. Dan sampai sekarang belum bisa diungkap semua. Lebih aneh lagi, aparat penegak hukum yang punya lencana di dada dan tanda pangkat di bahu, seperti tak berdaya atas mereka. Aneh. Menteri yang seharusnya bertanggung jawab, alih-alih disuruh membenahi, malah dibiarkan pergi bekerja ke luar negeri.
Betapa tidak.
Di negeri itu seringkali bencana menimpa. Gempa bumi, tsunami, semburan lumpur, banjir bandang, letusan gunung api datang silih berganti. Anehnya, para wakil rakyat malahan studi banding keluar negeri. Gubernur yang seharusnya bersama rakyat dalam keadaan susah, malah berangkat keluar negeri. Lebih aneh lagi, para pejabat yang datang menjenguk korban, sepertinya setengah hati. Yang mati-matian berjuang membantu mereka yang tertimpa bencana adalah masyarakat dengan julukan sukarelawan.
Betapa tidak.
Di negeri itu konon menurut undang-undang, fakir miskin dan orang terlantar dipelihara oleh negara. Tetapi di kota-kota, banyak fakir miskin dan orang terlantar berkeliaran. Lebih aneh lagi, mereka dikejar, dirazia dan ditangkapi. Bahkan konon ada larangan memberi sedekah kepada peminta-minta. Aneh. Ditengah kemewahan para aparatur negara, fakir miskin dan orang terlantar dibiarkan terlunta-lunta.
Aneh. Sungguh aneh. Dan lebih aneh lagi di negeri itu bermukim kaum muslimin yang konon terbesar jumlahnya di dunia. Tetapi negeri itu terkenal sebagai negeri terkorup nomor satu di Asia. Aneh. Di negeri dengan mayoritas Islam, hampir tidak terlihat nilai-nilai islami. Di jalan raya saling serobot tanpa menghormati sesama. Bahkan dalam antri mendapatkan zakat dan daging qurban saling rebut, dan injak-injakan. Aneh. Dimana itu sabar, santun, dan tawakkal yang selalu dianjurkan.
Bagiku sungguh aneh melihat keanehan itu. Sesungguhnya masih banyak lagi keanehan yang lainnya. Tapi kalau aku ceritakan, malah aku akan kelihatan semakin aneh. Karena aku sendiri lahir, besar dan hidup di negeri yang aneh itu. Janganlah anggap aneh kalau aku mohon jangan bilang aku orang aneh, karena telah menceritakan semua keanehan itu. Karena puncak dari segala keanehan adalah, kalau yang aneh itu sudah tak terlihat lagi sebagai aneh. Maka akan semakin sempurnalah keanehan negeri itu.
Karena itu janganlah yang aneh aneh.