Kampung Melayu.
Mulai abad 17, tempat ini dijadikan pemukiman orang Melayu yang berasal dari semananjung Malaka (sekarang Malaysia) di bawah pimpinan kapten Wan Abdul Bagus. Kapten Wan Abdul Bagus gabung dengan Kompeni melawan Pangeran Trunojoyo dan juga Sultan Ageng Tirtayasa.
Kampung Cina atau Pencinaan, Glodok.
Awalnya orang Cina berkumpul dengan penduduk asli. Namun karena aturan Wijken-Stelsel dari VOC, pendatang wajib jadi satu lokasi, jadilah kampung Cina dipimpin kapiten orang Cina. Saat dipimpin Ni Hoe,warga Cina berontak pada VOC, dan ditumpas VOC. Demi kehormatan 5 ribu - 10 orang Tionghoa wafat di Glodok.Dahulu kapiten dan mayor Cina ini bak raja-raja Mandarin, mengawasi warga, dan jadi perantara untuk tarik pajak seperti jalinan rambut panjang, pajak kuku panjang (bukti orang santai), sumbangan jalan, sungai dan juga pelacuran. Belanda heran ketika itu, kerena kelompok Cina ini memiliki sekolah lebih banyak dan bagus dibanding milik Belanda. Mereka punya rumah sakit bagus, tempat penampungan orang miskin yang bagus, kuil, restoran dan juga rumah bordil.
Rawa Bangke,
dahulu adalah rawa yang diajdikan tempat membuang bangkai manusia ketika banyak orang Cina terbunuh pada saat memberontak pada VOC (1740).
Rawa Badak,
berada dekat Tanjung Priuk. Dahulu daerah ini adalah rawa yang amat luas. Rawa Badak berasal dari kata rawa dan badak yang dalam bahasa Sunda dan Jawa berarti luas dan besar. Jadi Rawa Badak adalah rawa yang luas.
Kampung Bugis,
sebelah utara TB. Angke, Jakut, sebalah kampung Gusti (mukim orang Bali), secara resmi diserahkan VOC pada Aru Palaka dari kerajaan Sopeng, Sulsel yang menjadi sekutu Kompeni melawan kerajaan Gowa pimp. S. Hasanuddin. Sebelah utara Tn. Abang adapula kampung Bugis, yang diberi nama Petojo.
Kampung Ambon dekat Pulogadung,
ada sejak 1619. Pada waktu itu JP Coen, Gub. Jend. VOC hadapi persaingan dgn Inggris. Untuk memperkuat tentaranya, VOC membawa orang Ambon dan di mukimkan tempat yang kini menjadi Kampung Ambon. Sejak 1656 banyak orang Ambon dtng ke Batavia. Salah satu yang dtng kapten Yonker (asal Ambon… bantu Belanda perang di Srilanka, Timor), sakit hati dgn Belanda, lalu melawan Belanda.
Kampung Bali.
Di Jakarta ada beberapa nama menyandang nama kampung Bali. Yang dipimpin seorang dari etnisnya. Biar ada pembeda dibuat nama belakangnya, seperti kampung Bali dekat Jatinegara (Meestercornelis), disebut Balimester (sejak 1667 mukim orang Bali), kampung Bali Krukut, sebelah barat Jl. Gajah Mada, lalu kampung Bali Angke, kelurahan Angke, Jakbar.
Kampung Manggarai.
Dahulu tempat konsentrasi para budak dari Manggarai, NTT. Di Manggarai ada pasar Rumput yang dahulunya adalah tempat jual beli rumput untuk angkutan yang memakai kuda.
Kampung Karet Tengsin,
kampung yang berada di wilayah Tanah Abang. Nama ini berasal dari seorang Cina, Teng Sien. Karena memiliki sifat sosial dengan membantu masyarakat sekitar kampung, namanya cepat dikenal. dan ketika wafat banyak masyarakat melayat, bahkan dari wilayah Jateng dan Jatim. Karena di wailayah itu banyak pohon Karet, jadilah nama Karet Tengsin.
Petamburan
merupakan kelurahan yang ada di Jakarta Pusat. Dahulu ketika rumah masih jarang, ada seorang penabuh tambur yang wafat di derah ini dan dimakamkan di bawah pohon jati, terciptalah nama Jati Petamburan yang sekarang disingkat dengan nama Petamburan.
Pejambon
mengandung arti penjaganya Ambon. Nama ini ada sejak Daendels membuka daerah ini dengan nama Weltevreden. Pos penjagaan wilayah itu berada di pinggir sungai Ciliwung dengan penjaga orang Ambon. Sekarang Pajambon masuk wilayah Gambir, Jakpus.
Petojo
dahulu merupakan tempat tinggal Arung Pattojo (Aru Patuju) dari Sopeng teman seperjuangan dan utusan Aru Palaka, bergabung bersama dengan tentara Kompeni. Versi lain, menurut penduduk setempat karena dahulu ada pabrik es Petojo. Versi ketiga diambil dari nama komandan Belanda Petuju Jongker
Kuningan.
Kisahnya berawal ketikaDemak dan Cirebon menyerbu Banten (1526 M) dan Sunda Kalapa (1527 M) yang merupakan pelabuhan kerajaan Sunda Pajajaran. Tentara Kuninganikut dalam penyerbuan itu dan dipimpin langsung Dipati Cangkuang. Akhirnya Banten dan Sunda Kalapa ditakluki dan kemudian Sunda Kalapa berubah nama menjadi Jayakarta dan sekarang menjadi Jakarta. Lalu, dipati Cangkuang beserta sejumlah pasukannya, pasukan Cirebon dan Demak menetap di Jakarta. Bisa dikatakan mereka merupakan penduduk muslim pertama di Jakarta. Dan Dipati Cangkuang memilih daerah di Kuningan sebagai tempat tinggal, lalu mereka beri nama sesuai dengan nama kampung mereka di Kuningan, Jawa Barat.