Komunitas Penggiat Sejarah Perjuangan Bangsa dan Sahabat Para pejuang Indonesia (Community of National Struggle History Activists and Friends of Indonesian Warriors)

" Selamat Datang di Website Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI)"

Sudam, pejuang Dwikora yang terlunta-lunta

Meski turut andil dan berjasa dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari rongrongan bangsa penjajah, ironisnya masa tua para pejuang Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI) ternyata banyak yang memprihatinkan. Seperti yang dialami Sudam (83), yang kini hanya tinggal di rumah petakan peninggalan mertuanya di Jl Waringin RT 09/03, Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur.

Ya, Sudam merupakan salah satu dari sekian banyak veteran yang kini merasakan kurangnya perhatian yang diberikan pemerintah untuk kesejahteraan dirinya dan kawan-kawan seperjuangannnya sesama veteran. Padahal, selagi muda, veteran seperti Sudam banyak berjibaku dan mengangkat senjata melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan RI.

Masih segar ingatan Sudam saat dirinya berperang melawan pasukan Jepang di daerah Sumatera pada tahun 1942. Dengan heroik, ayah enam anak ini menceritakan perjuangan yang dilakukan bersama kawan-kawan seperjuangannya saat menghadapi tentara Belanda di Irian Barat dalam Operasi Trikora tahun 1962. Ingatan Sudam juga masih membekas saat ia turut berjuang di daerah Sulawesi dan Kalimantan untuk menumpas tentara Belanda dan sekutu saat operasi Dwikora di tahun 1963-1964.

Sebagai pejuang, dirinya mengaku rela dan ikhlas demi mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hanya saja, dirinya kerap merasakan sakit atau bahkan stres kala para pemimpin saat ini tidak memperhatikan nasib ia dan kawan-kawannya selaku veteran RI. Bahkan, kakek 18 cucu dan tujuh cicit ini mengaku sempat akan melakukan bunuh diri karena tak tahan di masa tuanya justru hidup terlunta-lunta.

Kalau melihat perjalanan bangsa saat ini, hati saya langsung sakit. Terlebih kalau melihat para pemimpin negeri ini. Mereka tidak peduli dengan nasib kami sebagai pejuang PKRI. Seumur hidup saya saya belum pernah menempati rumah sendiri. Bukan tidak mungkin jika tidak ada peninggalan rumah ini saya hidup di kolong jembatan, ujar Sudam,

Untuk memenuhi kehidupannya, suatu hari Sudam pernah menggadaikan kartu pensiunannya selama empat tahun ke salah satu bank. Bagaimana saya tidak stres, sampai sekarang tidak ada yang peduli dengan nasib saya. Para pemimpin di negeri ini harusnya sadar, bahwa ada jasa kami hingga negara ini merdeka lepas dari cengkraman kaum penjajah, tutur Sudam sambil meneteskan air mata.

Saat masih aktif, dikatakan Sudam, dirinya kerap berselisih paham dengan pimpinan. Alhasil, saat pensiun pun dirinya hanya menjabat sebagai Sersan Dua (Serda). Padahal, banyak rekan-rekan seangkatannya pensiun dengan pangkat minimal Peltu dan Pelda. Baginya, sebagai seorang pejuang PKRI, tidak pantas pensiun dengan pangkat terakhir Serda.

Ia mengimbau kepada para pemimpin negeri ini, hendaknya untuk berlaku adil dan bijak terhadap bawahan dan rakyat yang dipimpinnya. Ia berharap, pemerintah dapat meralatnya kembali soal pangkat terakhir yang diembannya saat pensiun. Minimal pangkatnya itu disejajarkan dengan teman-teman satu angkatannya yakni sebagai Pelda. Di usianya yang senja ini hanya ada secercah harapan, pemerintah mau peduli terhadap orang-orang seperti dirinya.

Belakangan, veteran PKRI yang memiliki nomor pokok veteran 21.088.417 ini tengah mengajukan permohonan kredit rumah di bilangan Jonggol, Jawa Barat. Ia berharap, pengajuannya segera direspons pihak bank sehingga di usianya yang sudah senja ini masih bisa menikmati rumah sendiri meski membayarnya dengan cara mencicil.
Share:

Postingan Populer KCPI

PROFIL KCPI

Bantu Perjuangan KCPI

Bantu Perjuangan KCPI
Klik Donasi

Entri yang Diunggulkan

KCPI Siap Menjadi Narasumber Wawasan Kebangsaan

KCPI siap memberi materi sebagai Nara sumber Bidang Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan berlatar belakang sejarah perjuangan bangsa kepada ...