 |
| Bp. Tarmidi |
Meski telah mempertaruhkan nyawanya saat berperang merebut kemerdekaan, ternyata hingga kini masih banyak para pejuang yang di hari tuanya nasibnya masih memprihatinkan.
Di Nganjuk, Jawa Timur (Jatim), saat masyarakat lain telah dapat menikmati kehidupan yang gemerlap, seorang mantan pejuang Tarmidi (80) justru harus menjalani masa tuanya dalam gelap.
Setelah sekian tahun indonesia menikmati buah dari perjuangannya dan merdeka, sang mantan pejuang tersebut tak pernah bisa menikmati fasilitas listrik dari pemerintah karena tak pernah punya biaya untuk memasangnya.
Tarmidi merupakan mantan pejuang yang pernah mempertaruhkan nyawanya saat ikut bertempur melawan Belanda di Surabaya pada tahun 1945 hingga 1950. Tarmidi sangat bersemangat saat di minta menceritakan kisah perjuangannya melawan tentara belanda puluhan tahun silam.
Kini, Indonesia sudah merdeka dan masyarakatnya bisa menikmati kemerdekaan yang telah di raih dengan segala isinya. Namun tidak demikian halnya dengan Tarmidi yang justru masih harus hidup dengan penuh keterbatasan.
Saat mayoritas masyarakat telah menikmati fasilitas penerangan berupa listrik dari pemerintah, Tarmidi tak pernah bisa merasakannya. Sebab, ia memang tak pernah punya uang cukup untuk membayar biaya pemasangan listrik itu. Selama bertahun-tahun, Tarmidi masih menggunakan lampu minyak tanah yang digantung pada kayu plafon rumahnya.
Namun sejak minyak tanah dikonversi oleh pemerintah, sejumlah tetangga yang merasa prihatin menyumbangkan satu buah lampu neon ke rumah mantan pejuang yang sudah renta ini.
Meski sebagai mantan pejuang, Tarmidi sendiri sebenarnya tak pernah mengeluh hanya karena tidak di bantu memasang listrik oleh pemerintah. Namun melihat kondisi Tarmidi yang memprihatinkan seperti ini, perhatian pemerintah perlu dipertanyakan selama ini, sampai tidak mempedulikan nasib mantan pejuang seperti Tarmidi.
