Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI) Komunitas Penggiat Sejarah dan Sahabat Para Pejuang Indonesia Jl. KH Wahid Hasyim Jurang Mangu Timur Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Banten, Indonesia. Whatsapp : 0878-7726-5522. e-Mail : projasonline@gmail.com

" Selamat Datang di Website Komunitas Cinta Pejuang Indonesia (KCPI)"

Berjualan Sembako Untuk Bertahan Hidup



Sore itu,mendung menggelayuti langit di Kota Anging Mamiri. Hembusan angin terasa dingin.Sementara beberapa anak kecil terlihat masih bermain di pinggir jalan.

TAMPAK sesosok lelaki tua sedang duduk ditemani istrinya di salah sudut warung. Dia tampak tak merisaukan keadaan cuaca tersebut. Dengan hanya menggunakan celana pendek putih dipadukan kaos kuning, pria ini terlihat santai.Walaupun terlihat masih sehat dan kuat, gurat wajah dan keriput di kulitnya tak mampu menutupi usianya.

Andi Djemma begitu warga sekitar memanggil namanya. Pria yang beberapa bulan lalu genap berusia 88 tahun ini merupakan salah satu veteran pejuang kemerdekaan1945.

Pancaran wajah dan tatapan matanya yang tajam terkesan tidak ada luka yang dipendam. Saat dia menceritakan perjuangannya, kesan itu mulai memudar. Dengan semangatnya, veteran kemerdekaan ini menceritakan pengalamannya. Dengan nada terpatah-patah, ayah dari sembilan orang anak inipun memulai ceritanya.

Saat Jepang mendarat di Sulsel, dia sudah bergabung dalam badan pemberontakan rakyat Bone, yang juga anggota laskar perjuangan. Dia dan 43 rekannyayang saat ini tinggal 12 orang, dengan gigihnya mengusir pejajah.

Keperkasaan dan kegagahannya sekilas tersirat di wajahnya yang mulai kerut. Dia menceritakan kegigihan dan ketangguhannya yang berhasil mengusir bala tentara Jepang, dengan sejumlah alat berat yang menduduki beberapa dearah di Sulsel.

”Pada 1943 di Kabupaten Bone, saya rela menerobos dentuman serta laju mesiu hanya merebut satu kata ”merdeka”. Kala itu semangat dan keberanian mengalir dalam tubuh saya dan temanteman untuk mengusir tentara Jepang.

Saya masih ingat, rekanrekan pejuang rela terseret deru mesin pembunuh serta desingan laju peluru dari penjajah Jepang. Akan tetapi,sekarang semuanya tidak berarti, pemerintah seakan lupa atas perjuangan kami,” ujar Andi Djemma

Petta Lolo yang saat ini menjadi Wakil Ketua Ranting Veteran
Kota Makassar. Ada peristiwa yang tak akan terlupakan oleh lelaki ini hingga akhir hayatnya,yaitu saat Belanda melancarkan agresi militer II di Kota Makassar. Andi Djemma memperlihatkan kaki kanan bekas tembakan peluru dari
tentara Belanda.

”Waktu itu saya terkena peluru di Jalan Ratulangi, tetapi saya tidak tahu sekarang tempat itu jadi apa. Saya masih ingat, saat itu tidak ada dokter sehingga saya yang mengeluarkan peluru dan mengobati luka. Akhirnya,saya bisa berjalan,walaupun tidak sempurna lagi,”tuturnya.

Pertempuran dengan Belanda tidak berlangsung lama.Dengan bermodalkan keberanian,kemerde-kaan pun berhasil direbut. Ya, dengan kata ”merdeka”, masyarakat mampu menghirup udara segar tanpa ada gangguan dari penjajah.

Kebahagiaan pejuang kala itu tentunya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Para pejuang hanya berharap pada usianya yang renta, mampu menikmati perjuangan dengan tenang dan juga dapat merasakan penghargaan dari pemerintah.

Namun, kenyataan yang terjadi, dana yang biasanya disalurkan Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Sosial,sejak tahun ini tak lagi diterimanya,begitu juga para veteran lainnya. Walaupun jumlahnya tak seberapa,bagi mereka hal ini sudah cukup untuk sekadar menyambung hidup di tanah yang dulu direbut dengan darah dan air mata.

Kini Andi Djemma hanya mengandalkan berjualan sembako di rumahnya,untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada hari tua.
Share:

Profil Komunitas Cinta Pejuang Inonesia (KCPI)